Mungkin, Sudah Ada yang Menggantikan ku


Kau sadar tidak sih, kalau dua potongan nama itu selalu membikin kita berselisih, merenggang? Ini sudah keberapa kalinya. Mungkin laki-laki memang tidak terlalu peka. Seperti perumpamaan, logika : perasaan dimana laki-laki punya perbandingan 9 : 1  dan perempuan mempunyai perbandingan 1 : 9.

Dua potongan nama, bahkan si pemilik nama pun belum pernah melihatku, mungkin dia tidak tahu bahkan namaku siapa. Tapi dia tahu kamu, kamu tahu dia. Mantan kenanganmu, kau tahu. Sejak kemarin aku kepikiran. Aku iri kalau kau puji-puji dia, tapi sekejap lagi aku ingat kalau aku tak berhak begitu. Ah, itu yang bikin aku menahan apa pun meledak tiba-tiba. Aku juga tidak mau melulu cemburu, sebisanya aku tahan agar tidak meledak.
Sungguh, aku sudah tidak terlalu banyak berpikir lagi siapa nama yang lebih dominan di kepalamu, namaku atau namanya. Aku sudah tak banyak berpikir lagi. Itu urusanmulah, terserah saja. Aku tak bisa memaksakan apa pun, memintamu hanya memikirkanku, ah picisan. Aku juga tak mungkin mendoakan perempuan itu hilang ditelan lembah entah di mana agar kau dan dia tak lagi bertukan kenangan, tapi tak mungkin juga. Aku malah takut kalau berdoa begitu, tiba-tiba dia benar dihilangkan Tuhan begitu saja–toh, tak ada yang mustahil dengan-Nya tapi justru kau bukannya melupakan dia justru khawatir, cemas, kehilangan. Dan aku tambah tidak berarti apa-apa kecuali daun kering, gugur yang sempat singgah di bahumu, lalu tertiup angin, terbuang, terinjak-injak, menyatu dengan tanah, dan terlupakan. Aku sudah tak banyak berpikir lagi , siapa yang kau raih jari manisnya nanti. Pun bukan aku, aku sudah sangat bahagia begini, bertukar tawa, cerita, senyum, bertukar apa pun denganmu, aku sudah bahagia begini, tanpa aku tahu jelas aku sekarang ada di sebelah mana bagian hati. Masihkah aku menjadi kekasihmu, itu juga sudah bukan sesuatu yang penting. Seperti kata temanku, kadang kita pacaran sama siapa jodohnya entah siapa. Aku tak lagi banyak berpikir apa ada susunan namaku yang bergeser dari hati, pikiran dan tumpukan rasamu.
Di sini tidak ada yang berubah, tak ada yang bergeser, tentang perasaan dengan warna apa pun sampai warna yang tak diketahui namanya, tak ada yang berubah dan bergeser.
Menunggu hujan. untuk rindu yang dititipkan ke awan dan turun di tiap bulirnya membawa-bawa rindu. karena katanya, kalau hujan dia jadi rindu. Menunggu hujan, menunggu rindu sampai di sini.


Aku gak marah, sama sekali gak marah, aku cuma sedih, kalau berpikir ada yang bergeser di sana.  
Ah, seandainya aku bisa cerita apa yang aku rasakan semuanya padamu… -.-


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cinta Pertama = Pacar Pertama??

Barcode Lambang Setan??

Masih Aku